Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Welcome in Law Office Makmur Jaya, S.Kep., S.H., M.H. & Partners
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Adv. Makmur Jaya, S.Kep., S.H., M.H. & Rekan )
DEWAN PIMPINAN DAERAH FEDERASI ADVOKAT REPUBLIK INDONESIA (FERARI) PROV. JAWA BARAT
SIDANG PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)

Selamat Hari Pendidikan Nasional 02 Mei 2021

makmurjayayahya.com – hello sobat hari ini tanggal 2 Mei 2021 merupakan hari pendidikan nasional walaupun masih di tengah pandemi covid-19. Ketika kita mengucapkan ucapan ini kita tidak terlepas dari perjuangan pahlawan nasional yakni Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau biasa lebih di kenal  dengan Ki Hadjar Dewantara,  beliau merupakan seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di zaman penjajahan Belanda. 

Ki Hadjar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara masa kecilnya bernama R.M. Soewardi Surjaningrat, lahir pada hari Kamis Legi, tanggal 02 Puasa tahun Jawa, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1889 M. Ayahnya bernama G.P.H. Surjaningrat putra Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam ke-III. Ibunya adalah seorang putri keraton Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai pewaris Kadilangu keturunan langsung Sunan Kalijogo (Darsiti Suratman, 1985: 2). 

Ki Hadjar Dewantara pertama kali masuk Europeesche Lagere School. Setelah tamat dari Europeesche Lagere School, Ki Hadjar melanjutkan pelajarannya ke STOVIA, singkatan dari School Tot Opleiding Van Indische Arsten. Ki Hadjar tidak menamatkan pelajaran di STOVIA. Ki Hajar juga mengikuti pendidikan sekolah guru yang disebut Lagere Onderwijs, hingga berhasil mendapatkan ijasah (Irna H.N., Hadi Soewito, 1985: 16). Bersama dengan Tjipto Mangunkusumo pada permulaan Juli 1913 membentuk “Committee tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid” (panitia peringatan 100 tahun kemerdekaan Nederland) yang dalam bahasa Indonesia disingkat “Komisi Bumi Putra”. Panitia bermaksud akan mengeluarkan isi hati rakyat, memprotes adanya perayaan kemerdekaan Belanda karena rakyat Indonesia dipaksa secara halus harus memungut uang sampai ke pelosok-pelosok. Akibat terlalu banyak protes dalam artikel dan tulisan di brosur ketiga pemimpin Indische Party (tiga serangkai) ditangkap dan ditahan. Dalam waktu yang amat singkat, pada 18 Agustus 1913 keluarlah surat dari wali negara untuk ketiga pemimpin tersebut. Ketiganya dikenakan hukuman buang; Soewardi ke Bangka, Tjipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Douwes Dekker ke Timur Kupang. Keputusan itu disertai ketetapan bahwa mereka bebas untuk berangkat keluar jajahan Belanda. Ketiganya ingin mengganti hukuman interniran dengan hukuman externir, dan memilih negeri Belanda sebagai tempat pengasingan merekaKetika di negeri Belanda perhatian Soewardi Soejaningrat tertarik pada masalah-masalah pendidikan dan pengajaran di samping bidang sosial politik. Ia menambah pengetahuannya dalam bidang pendidikan dan pada tahun 1915 memperoleh akte guru.

Tokoh-tokoh besar dalam bidang pendidikan mulai dikenalnya, antara lain; J.J. Rousseau, Dr. Frobel, Dr. Montessori, Rabindranath Tagore, John Dewey, dan Kerschensteiner. Frobel ahli pendidikan terkenal dari Jerman pendiri “Kindergarten”. Montessori sarjana wanita dari Italia pendiri “Casa dei Bambini”. Rabindranath Tagore, pujangga terkenal dari India, pendiri perguruan “Santi Niketan”. Pengalaman Ki Hadjar Dewantara dan kawan-kawannya di lapangan perjuangan politik, dengan melalui berbagai rintangan, penjara dan pembuangan dengan segala hasilnya, menimbulkan pikiran baru untuk meninjau cara-cara dan jalan untuk menuju kemerdekaan Indonesia (Muchammad Tauchid, 1963: 29).

Ki Hadjar Dewantara yang terus berjuang tak kenal lelah tersebut dalam menghadapi berbagai masalah, ternyata dia menaruh perhatian terhadap pendidikan karakter bangsa.Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang ia berikan begitu besar terhadap bangsanya. Banyaknya karya yang membuat Indonesia menjadi bangga pun sering ia lakukan. Bahkan saking begitu banyak membuat Indonesia bangga, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara menjadi hari Pendidikan Nasional.
Hari yang dikenal seluruh warga Indonesia. Hari seseorang yang dilahirkan untuk memerdekakan pendidikan di Indonesia. Dengan kepintaran, kebijaksanaan, tekun dan berani memerdekakan hak dari orang lain dan bangsanya melawan penjajah. Beliau merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia saat zaman penjajahan Belanda. ELS merupakan sekolah dasar di Eropa, Belanda yang menjadi lulusan Ki Hadjar Dewantara. Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. 

Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat anti kolonial. Banyak karya-karya yang dimiliki beliau. Berbagai macam cara yang dilakukan Ki Hadjar dewantara demi memperjuangkan kemerdekaan pendidikan Indonesia. Salah satunya dengan seringnya mengubah namanya sediri. Hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinanditake pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara.Tak berhasil menyelesaikan pendidikannya di STOVIA, tak membuat Ki Hajar Dewantara vakum, beliaupun mulai menulis untuk beberapa surat kabar sebagai wartawan muda. Selain itu beliau juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan politik. Sebagai seorang wartawan tulisan-tulisan beliau dikenal sangat patriotik dan mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Tulisan Ki Hadjar Dewantara yang terkenal anatar lain "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: Als ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913. Artikel ini ditulis sebagai protes atas rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.Sindiran Ki Hadjar Dewantara melalui tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar menyulut kemarahan Belanda, puncaknya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hadjar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Atas permintaan kedua rekannya yang juga mengalami hukuman pengasingan yaitu dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, pengasingan mereka dialihkan ke negeri Belanda. Masa pembuangan di negeri Belanda tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk mendalami bidang pendidikan dan pengajaran, hingga akhirnya memperoleh sertifikat Europeesche Akte. 

Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya lainnya, Ki Hadjar mendirikan Nationaal Onderwijs Institut Taman siswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. 

Perjuangan Ki Hajar Dewantara tak hanya melalui Taman siswa, sebagai penulis, Ki Hajar Dewantara tetap produktif menulis untuk berbagai surat kabar. Hanya saja kali ini tulisannya tidak bernuansa politik, namun beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan Ki Hadjar Dewantara berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep-konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Dalam perjuangannya terhadap pendidikan bangsanya, Ki Hadjar Dewantara mempunyai Semboyan yaitu tut wuri handayani(dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa(di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa. Di Usianya yang genap 40 tahun, Ki Hadjar Dewantara mencabut gelar kebangsawanannya dan mengganti nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hal ini dimaksudkan agar beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hati. Pada masa pendudukan Jepang, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai salah satu pimpinan pada organisasi Putera bersama-sama dengan Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Dimasa kemerdekaan Ki Hadjar Dewantara dingkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. 

Perjuangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia. Tak berlebihan pula jika tanggal lahir beliau, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau terhadap pendidikan Indonesia. Penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional diambil dari hari kelahiran tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara.
Tema Hardiknas 2021 yang diambil oleh Kemendikbud adalah "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar". Seperti diketahui, "Merdeka Belajar" merupakan tema besar dari kebijakan pendidikan yang diangkat oleh Menteri Nadiem Makarim sejak ditunjuk menjadi Mendikbud oleh Presiden Jokowi. Adapun logo khusus untuk peringatan Hardiknas tahun ini berupa logo berbentuk menyerupai 2 hati yang tersambung sehingga menyerupai bentuk bintang. Di sekelilingnya terdapat 5 lingkaran. Jika dilihat dengan lebih seksama, logo dengan gradasi 3 warna, biru, hijau, dan kuning itu menggambarkan 5 orang yang bergandengan dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Logo ini akan disertakan dalam setiap agenda offline juga unggahan media digital yang berkenaan dengan peringatan Hardiknas 2021.
Demikian artikel dari saya semogaMI bermanfaat...

Bila teman-teman mau pasang Twibbon Hardiknas 2021 sebagai status WhatsApp atau media sosial lainnya silahkan download link di bawah ini !
Tugas Anda, siapkan foto terbaik Anda dan akses di link resmi berikut linknya :
http://bit.ly/twibbonKemendikbudRI

Sumber : Jurnal Filsafat Indonesia, Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Vol 2 No 3 Tahun 2019ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990





5 komentar untuk "Selamat Hari Pendidikan Nasional 02 Mei 2021"

  1. Selamat Hari Pendidikan Nasional juga ya

    BalasHapus
  2. Sampai sekarang, saya belum paham konsep merdeka belajar itu seperti apa. Rugi jadi nenek pensiun. Makanya ketinggalan informasi. He he ....

    BalasHapus
  3. Selamat hari pendidikan Nasional 2021

    BalasHapus
Menyalinkode AMP